- Jelaskan mengapa perlu dilakukan TNA! Tinjau dari aspek tantangan bagi pelatih.
Jawab :
Dalam melakukan analisis kebutuhan, pelatih mencari opini
dan ide yang sesuai dengan lima tujuan analisis kebutuhan pelatihan, yaitu :
(1) apa yang seharusnya menjadi sumber tentang pemikiran suatu kejadian? (2)
apa yang sesungguhnya sedang terjadi ? (3) bagaimana mereka merasakan kejadian
itu ? (4) dalam hal penyebab sebuah kinerja, apa penyebab ketidaksesuaian
kinerja ? dan (5) apa yang seharusnya dilakukan untuk menyelesaikan suatu
masalah atau memperkenalkan suatu sistem yang baru ?
Jika di tinjau dari aspek tantangan bagi pelatih, adalah
:
a) Masalah kemampuan atau
performa; yang merupakan sirkumstansi yang paling
sering terjadi yang melibatkan para professional pelatihan dan melakukan TNA.
Masalah kemampuan terjadi ditengah upaya-upaya berkesinambungan dalam situasi
di mana para karyawan harus tahu bagaimana melakukan sesuatu hal dalam
menyelesaikan suatu permasalahan.
Kemampuan mereka perlu dilatih agar dapat menyelesaikan permasalahan
dengan baik.
b) Sistem dan Teknologi Baru;
selama begitu banyak jenis lingkungan, ketentuan, dan industri pengenalan
sistem dan teknologi baru mendapatkan suatu porsi waktu yang lebih besar dari
para pelatih atau teknologis instruksional. Sistem dan teknologi baru merupakan
tantangan bagi pelatih karena dengan munculnya sistem dan teknologi baru tentu
akan berpengaruh dan menjadi tantangan, sebagai contoh dalam suatu perusahaan
kehadiran mesin baru tentu akan membuat karyawan atau teknisi sedikit repot
karena terlebih dahulu harus mempelajari dan menguasai cara kerja mesin
tersebut. Hal ini akan mempengaruhi pelatih yang profesional, setidaknya mereka
harus terlebih dahulu mengetahuinya.
c) Pelatihan Otomatis;
dalam beberapa kasus pelatihan terjadi karena aturan memandatkan hal itu
terjadi atau kerja akan terlihat baik jika hal itu terjadi.
- Dalam Pelaksanaan TNA, aktivitas difokuskan pada lima tujuan utama. Jelaskan kelima tujuan utama TNA tersebut.
Jawab :
Kebutuhan adalah kesenjangan antara apa yang telah
tersedia dengan apa yang diharapkan dan Need Assessment adalah proses
mengumpulkan informasi tentang kesenjangan dan menentukan prioritas dari
kesenjangan untuk dipecahkan. Dengan kata lain, Analisis Kebutuhan adalah usaha
sistemik yang digunkan untuk mengumpulkan pendapat dan ide dari berbagai sumber
tentang masalah kinerja kerja atau sistem teknologi baru.
Adapun lima tujuan utama dilakukannya TNA adalah :
a) Optimalis, merupakan kondisi ideal yang diharapkan dalam suatu
organisasi yang bisa dikatakan sebagai tujuan yang ingin dicapai. Apa yang
seharusnya menjadi sumber tentang pemikiran suatu kejadian ? Mencari
optimalisasi kejadian ( menggunakan interview, group meeting, dan survey ) yang
sebenarnya dan merinci ketidaksesuaian kinerja. Dalam
hal ini harus diketahui tentang ‘apa yang orang pikirkan tentang sesuatu
kejadian dan apa yang seharusnya terjadi’.
b) Actual, merupakan kondisi nyata yang ditemukan dalam kegiatan
sehari-hari yang disesuaikan dengan tujuan organisasi. Apa yang sesungguhnya
sedang terjadi ? Mencari aktual dengan menggunakan survey dan observasi.
c) Feelings
atau prioritas adalah perasaan
yang menyenangkan dari orang-orang yang di lingkungan organisasi yang memiliki
kesamaan dalam tujuan dengan tidak ada perasaan yang tertekan diantaranya.
Bagaimana mereka merasakan kejadian itu ? Bagaimana feelings mereka tentang
atau terhadap :
1. Topik atau materi, sistem atau masalah, misalnya dengan
munculnya teknologi baru.
2. Apakah ada atau tidak prioritas ? Pelatih yang mau
diajukan terhadap topik atau materi bagaimana persepsi mereka terhadap yang
mana yang menjadi prioritas.
3. Apakah training merupakan suatu solusi atau apakah ada
solusi lain yang lebih cepat.
4. Analisis kebutuhan percaya pada ketuntasan itu.
Mencari feelings atau prioritas dengan menggunakan interview dan group
meeting.
d) Causes, adalah penyebab terjadinya masalah dapat diketahui
sesegera mungkin sehingga dapat melangkah ke tahap berikutnya menuju
penyelesaian lanjutan. Dalam hal penyebab sebuah kinerja, apa penyebab
ketidaksesuaian kinerja ? Tujuan dari analisis kebutuhan adalah mencari sumber
penyebab atau penyumbang masalah. Yang menjadi bagian utama dari TNA untuk
mencari dan menyelidiki penyebab-penyebab dari permasalahannya, misalnya :
1. Apakah
karena motivasi kurang,
2. Apakah
karena sarana dan prasarana kurang lengkap atau tidak ada sama sekali,
3. Apakah dikarenakan insentif yang kurang,
4. Apakah para karyawan tidak mempunyai keahlian atau
pengetahuan yang menjadi persyaratan,
5. Apakah mereka tidak mengetahui bagaimana untuk melakukan
apa yang diharapkan dari mereka,
6. Apakah dukungan / faktor lingkungan kerja yang
menghambat,
7. Apakah pemegang jabatan tidak berpikir bahwa hal itu
adalah hal yang berharga untuk dilakukan atau diketahui,
8. Ataupun apakah mereka tidak mempunyai keyakinan bahwa
mereka bisa melakukan hal itu.
Kemungkinan
penyebab-penyebab masalah dapat dibatasi seperti :
a. Karyawan
belum memenuhi syarat skill atau pengetahuan.
b. Mereka
belum mengetahui bagaimana melakukan apa yang diharapkan.
c. Tidak
adanya insentif untuk kinerja yang baik.
d. Mereka
belum mengetahui bahwa mereka dapat melakukan hal itu.
e) Solution,
adalah mencari jalan penyelesaiannya atau pemecahan masalah hingga masalah
dapat teratasi dan tujuan utama dapat terlaksana. Apa yang seharusnya dilakukan
untuk menyelesaikan suatu masalah atau memperkenalkan suatu sistem yang baru ?
Cara untuk mengakhiri masalah ataupun suatu jawaban yang harus diambil untuk
menyelesaikan masalah misalnya apakah harus dilakukan pelatihan atau cukup
hanya diberikan tambahan motivasi, insentif serta perlengkapan sarana dan
prasarana. Mencari penyebab terjadinya masalah dengan menggunakan interview dan
survey.
- Dalam pelaksanaan TNA, dikenal tiga jenis teknik analisis. Jelaskan ketiga jenis analisis tersebut dan buatlah skema hubungan antara Teknik Analisis dan Tujuan TNA.
Jawab :
Kebutuhan Pelatihan dapat dijabarkan setelah melakukan
kegiatan analisis yang berorientasi pada pencarian informasi yang mencakup :
a) Optimal = Kinerja
optimal atau pengetahuan yang optimal,
b) Actual =
Kinerja pada saat ini atau pengetahuan saat ini,
c) Feelings =
Perasaan, sikap atau konsep diri peserta pelatihan,
d) Causes =
Penyebab terjadinya masalah,
e) Solutions = Jalan
keluar permasalahan.
Masing-masing alat di atas digunakan dengan tujuan untuk memperoleh
informasi tertentu. Pencarian informasi-informasi yang dikemukakan di atas dapat
dilakukan dengan menggunakan teknik dan alat analisis yang tepat. Rosset dan
Arwady (1989) menguraikan bahwa ada tiga teknik analisis yang dapat
dipergunakan yaitu :
a) EDA = Extant Data Analysis
/ Analisis data ekstan yaitu merupakan teknik
analisis yang mengarahkan langsung pada hasil. Data yang ada berupa laporan
hasil dari kemampuan / kerja karyawan.
Merupakan gambaran aktivitas pekerja dilihat dari hasil kerja, dengan
melihat apa yang dikerjakan atau merupakan penilaian terhadap kinerja sesuai
dengan kenyataan yang ditunjukkan dari hasil kerja karyawan. Dalam EDA, tidak
melihat pada apa yang dilakukan oleh para karyawan, akan tetapi melihat
efek-efek dan kemudian menyimpulkan kembali hasilnya untuk membuat sebuah
gambaran dari kemampuan / performa karyawan yang ada saat ini dari hasil-hasil
tersebut. Tujuan utama EDA adalah menguji hasil, mencari kebenaran melalui
trend, menyesuaikan tujuan perusahaan, menghemat dana, dan memeriksa / membuktikan
apa yang didengar selama TNA.
b) NA = Needs
Assessment/Analisis Kebutuhan, adalah sebuah teknik
spesifik dalam TNA yang merupakan cara seorang pelatih professional
mengeluarkan dan mencari pendapat mengenai optimal, aktual, perasaan, penyebab,
dan solusi dari berbagai sumber. Kebutuhan adalah kesenjangan antara apa yang
telah tersedia dengan apa yang diharapkan dan NA adalah proses pengumpulan
informasi tentang kesenjangan dan menentukan prioritas dari kesenjangan untuk dipecahkan.
NA pada dasarnya adalah suatu pendekatan yang mencoba mengidentifikasi
pemenuhan kebutuhan dan pemanfaatan peralatan dengan melibatkan pengguna
sebagai sumber informasi. Manfaat NA adalah untuk memperoleh informasi yang
ingin dikumpulkan tentang situasi, sistem, hal yang dihadapi atau masalah.
c) SMA = Subject Matter
Analysis atau Analisis Materi Subjek,
adalah suatu proses menganalisis materi menjadi suatu rangkaian yang bisa
mempresentasikan suatu kemampuan atau keterampilan, jadi bukan hanya kumpulan
tetapi sudah ada proses yang bila diikuti orang akan mampu melakukannya. SMA
terpusat pada apa yang seharusnya terjadi dengan apa yang para pekerja harus
diketahui untuk melaksanakan tugas secara optimal. Pada SMA kita akan berusaha
menggambarkan secara rinci bentuk dan hubungan-hubungan tentang apa-apa yang
telah diketahui dan harus dilaksanakan untuk dapat melaksanakan tugas dengan
baik.
- Jelaskan empat penyebab masalah kinerja, dan dari keempat penyebab tersebut mana yang memiliki kemungkinan solusinya dilakukan melalui kegiatan pelatihan? Berikan alasan.
Jawab :
Setiap
masalah selalu ada sebabnya begitu pula dengan masalah kinerja. Ada empat jenis
penyebab masalah dalam kinerja yaitu :
1. Kurang keahlian atau pengetahuan
Keahlian
dan pengetahuan dalam pelaksanaan tugas sangat penting dimiliki oleh pekerja
demi kelancaran dan keberhasilan tugas yang dilaksanakannya. Namun, banyak
pekerja yang saat diminta untuk melakukan suatu pekerjaan tidak bisa
melaksanakannya karena tidak memiliki keahlian atau pengetahuan walaupun pihak
manajemen memaksa mereka untuk mengerjakan tugas tersebut ataupun jika mereka
menginginkan pekerjaan itu. Mereka tidak tahu apa yang semestinya harus
dilakukan, ataupun jika tahu tapi mengerjakannya tidak sesuai dengan standar
manajemen. Hal ini terjadi karena pada saat mereka diminta untuk melakukan
tugas tersebut, mereka tidak memiliki keterampilan dan pengetahuan yang cukup
untuk melaksanakan tugas yang diberikan padanya.
2. Kurang Insentif
Umpan
balik, pujian, insentif dan kebijakan dalam dunia kerja selalu berkaitan dengan
masalah kinerja. Hal ini adalah bentuk dari suatu konsekuensi pekerjaan.
Pekerja yang mampu melaksanakan tugasnya dengan
baik akan mendapatkan nilai positif drai pihak manajemen atas
pekerjaannya, begitu pula sebaliknya. Namun, bila kita melihat dalam suatu
pekerjaan, banyak ditemukan masalah yang berkaitan dengan intensif. Banyak
pekerja yang merasa bahwa pekerjaan yang telah mereka lakukan dengan baik tidak
sepadan dengan pendapat yang mereka dapatkan. Tentu hal ini akan menjadi suatu
masalah dalam pekerjaan apabila pekerja merasa jika pekerjaan yang telah mereka
lakukan tidak sebanding dengan pendapatan yang mereka terima. Berkaitan dengan
masalah insentif, dapat ditekankan dalam 2 hal :
-
Pekerja menginginkan insentif yang sesuai/ sebanding
dengan
-
Pendapatan yang konsisten dan sesuai dengan standar umum.
Pekerja
yang produktif akan memberi keuntungan bagi pihak manajemen sehingga manager
akan memberi perhatian lebih pada mereka yang produktif, baik berupa penambahan
insentif maupun bentuk reward lainnya. Penting bagi pihak manajemen untuk
memberikan kebijakan berupa insentif maupun reward sebagai motivasi bagi
pekerja untuk mampu memberikan kinerja yang terbaik di tempat kerjanya.
Insentif dapat menjadi salah satu pemicu produktivitas kerja.
3. Kurang Dukungan dari Lingkungan
Insentif
dan lingkungan kerja saling berkaitan, karena bentuk insentif tidak terlepas
dari peranan komponen dibalik lingkungan dunia kerja itu sendiri, yaitu pihak
manajemen serta kebijakan yang diambil. Banyak masalah yang disebabkan oleh
kebijkan, hal pribadi dan faktor-faktor kontekstual lainnya. Dalam hal ini,
dapat dilihat 3 kawasan untuk menentukan apakah lingkungan menghalangi kinerja
yang efektif.
a.
Personal : siapa yang bertanggung jawab terhadap pekerja
yang memiliki masalah dalam kinerjanya? Pertanyaan berikut dapat dipakai untuk
mencari penyebab masalahnya.
-
Kepada siapa pekerja harus bergantung?
-
Apakah masalah datang dari pekerja?
-
Apakah pekerja menganggapnya sebagai masalah yang
penting?
-
Apakah supervisor cukup mengetahui apa yang pekerja harus
lakukan?
-
Apakah supervisor memberi insentif yang sesuai dengan
kinerja?
-
Apa yang dilakukan supervisor jika pekerja tidak melakukan kinerjanya?
-
Apakah supervisor menganggap bahwa hal ini merupakan
suatu masalah atau hanya berkaitan dengan hal manajemen?
-
Apakah manajer atau supervisor menginginkan pekerjaannya
untuk mengikuti pelatihan?
-
Apakah pihak manajer manaruh perhatian pada hal ini? Apa
yang terjadi jika mereka mengabaikannya.
b.
Kebijakan dan prosedur : setiap perusahaan memiliki
kebijakan kerja serta prosedur-prosedur yang harus dilakukan oleh pekerjanya.
Kebijakan serta prosedur yang baik terhadap suatu pekerjaan yang harus
dilakukan pekerja akan memberikan hasil kinerja yang baik pula.
c.
Perangkat : untuk jenis pekerjaan tertentu, khususnya
berkaitan dengan keterampilan, alat/perangkat sangat penting dalam pelaksanaan
kinerja yang efektif dan efisien.
4. Kurang Motivasi
Joe
Harless dalam An Onuce of Analysis is Worth a Pound of Objectives menempatkan
motivasi bersamaan dengan insentif saat menyangkut penyebab masalah kinerja. Ia
menyatakan bahwa diperlukan suatu bentuk pemberian insentif untuk meningkatkan
kinerja. Masalah kinerja tidak selamanya berkaitan dengan prilaku.
Dewasa
ini, banyak kajian pelatihan dan pengembangan berorientasi kognitif menempatkan
perhatian pada apa yang terjadi dalam diri setiap pekerja. Saat kita
menempatkan insentif dan motivasi secara bersamaan, kita mengabaikan perbedaan
antara faktor internal dan eksternal dan hanya memusatkan pada variabel
eksternal yang lebih tradisioanal, seperti insentif dan lingkungan.
Lalu,
apakah motivasi itu dan bagaimana suatu pekerjaan yang telah dilakukan
memberikan kontribusi terhadap pemahaman tentang masalah kinerja dan
penyebabnya? Dalam The Journal of Instructional Development, John Keller
menjelaskan implikasi teori motivasi dan penelitian untuk perancang
pembelajaran. Dengan memahami akar psikologi perilaku dan kognitif maka dapat
dipahami aspek internal dari pebelajar/peserta pelatihan. Selanjutnya, Keller
menjelaskan bahwa motivasi adalah :
MOTIVASI =
NILAI X PENGHARAPAN
Nilai
adalah nilai individu yang melekat pada hasil kinerja yang dilakukan. Peserta
pelatihan harus memahami nilai apa yang ada padanya, apa yang akan mampu
dilakukannya dengan nilai tersebut serta mengapa nilai itu pantas dalam
pekerjaannya. Mereka harus dapat menyadari apa yang baik, bernilai dan berharga
dari suatu nilai yang akan dipelajari untuk implikasinya dalam pekerjaan
sekarang dan akan datang.
Pengharapan
adalah persepsi tentang keberhasilan tugas yang dilakukan. Peserta pelatihan
yang tidak memiliki pengharapan tentang pelatihan yang diambilnya akan lebih
sering mengundurkan diri daripada mereka yang memiliki motivasi.
Pelatih
menyukai peserta yang memiliki nilai dan pengharapan yang tinggi. Saat
menghadapi peserta yang kurang termotivasi, maka diperlukan suatu bentuk
pemberian insentif untuk melaksanakan pekerjaannya, seperti halnya dalam
pelatihan militer. Kemungkinan situasi yang terburuk dan sering terjadi adalah
melihat kelompok peserta pelatihan yang tidak menginginkan untuk turut dalam
pelatihan tersebut (nilai rendah), peserta yang meragukan kemampuan mereka akan
keberhasilan tugasnya (pengharapan rendah) atau supervisor yang tidak ingin
mengirimkan pesertanya untuk pelatihan (alasan kesulitan insentif).
Dapat
disimpulkan bahwa motivasi adalah apa yang diyakini serta nilai yang dimiliki
pekerja tentang prosedur atau hasil kontribusi terhadap pekerjaannya. Insentif
adalah apa yang dilakukan pihak manajemen terhadap hasil kinerja pekerjanya.
Faktor internal adalah apa yang pekerja ketahui dan rasakan tentang dirinya
sedangkan faktor eksternal adalah hubungan yang terjadi antara diri pekerja
dengan unsur-unsur yang terlibat dalam pelaksanaan kinerjanya.
Solusi
dapat diberikan berdasarkan penyebab yang mendasari suatu masalah. Tidak semua
masalah kinerja memerlukan pelatihan. Pelatihan
hanya diperlukan untuk masalah yang terkait dengan keterampilan, pengetahuan
atau motivasi. Pelatihan tidak memberi dampak bila menyangkut masalah kebijakan
atau insentif. Berikut adalah bentuk solusi yang diberikan sesuai dengan
jenis penyebab masalahnya.
Jenis Sebab
|
Solusi
|
1.
Kurang Keahlian/pengetahuan
|
- Pelatihan
- Bantuan Kerja
|
2. Kurang Insentif
|
- Kebijakan baru, kontrak
- Pelatihan untuk supervisor
|
3. Kurang dukungan lingkungan
|
-
Merancang
kembali pekerjaan
-
Penggunaan
perangkat baru yang lebih baik
-
Penyesuaian
antara pekerja dengan pekerjaan
|
4. Kurang motivasi
|
-
Pelatihan yang
memberi manfaat bagi pekerjaan
-
Proses atau
perangkat yang lebih baik jika tidak ada manfaat yang diperoleh
-
Pelatihan yang memberi hasil nyata dalam membangun rasa percaya diri
|
Pada
umumnya, solusi dapat dibedakan atas 2 jenis yaitu :
Ø Pelatihan
Intervensi
yang diberi melalui rangkaian presentasi, praktek serta umpan balik yang
mengajarkan hal baru pada seseorang atas sesuatu yang belum mereka ketahui,
sesuatu yang belum pernah dipelajari atau yang telah mereka lupakan. Bantuan
kerja merupakan intervensi yang sering dikaitkan dengan pelatihan. Sebuah
seminar produk ilmu pengetahuan pada suatu program asuransi baru, misalnya
mengambil manfaat bantuan kerja berupa bantuan penghitungan.
Ø Pelaporan dan Restrukturisasi
Para
profesional yang memiliki keahlian pada suatu bentuk pelatihan sering disebut
sebagai spesialis kinerja. Mereka biasanya melakukan pelatihan bagi para
pekerja yang memiliki masalah keahlian/pengetahuan dalam kinerjanya. Namun, ada
kalanya solusi tidak memerlukan bentuk pelatihan. Solusi non-pelatihan,
sebaiknya segera direkomendasikan ketika penyebabya mulai terindikasi.
Pilihannya bisa bermacam-macam, misalnya : membuat jadwal kerja baru, perangkat
baru, atau memberi penghargaan atas keberhasilan kinerja. Kuncinya adalah
dengan melihat kepada masalah, mencari tahu penyebabnya serta bertindak sesuai
dengan sebabnya.
Pengembangan
pelatihan pada kelompok kerja, kemudian melakukan analisis kebutuhan pelatihan,
sering dilakukan untuk mengetahui bahwa sebenarnya masalah bukan hanya datang
dari pekerja. Ada kalanya, manajer adalah orang yang menyebabkan terjadinya
masalah tersebut. Karena itu, laporkanlah segala bentuk indikasi penyebab yang
terlihat dalam masalah kinerja. Tujuan dilakukannya Analisis Kebutuhan
Pelatihan adalah untuk mengumpulkan informasi kepada pihak manajerial untuk
benar-benar mengatahui apa yang sedang terjadi dan apa sebabnya. Hal ini akan
menghemat pelatihan untuk masalah yang lebih berkaitan dengan inovasi kerja.
- Menurut anda apakah pelatihan yang pernah dilakukan di lembaga anda (Lembaga lain yang anda ketahui) sudah melalui analisis kebutuhan ? Jelaskan.
Jawab :
Pada bulan Mei 2010, Majelis Agama Buddha Theravada Indonesia (MAGABUDHI)
kota Medan, telah melaksanakan pelatihan / kursus dasar Buddhadhamma. Pelatihan
ini ditujukan untuk para anggota Dayaka Vihara Mahasampatti yang baru, dan pada
pelatihan ini menurut saya telah melalui analisis kebutuhan, salah satunya dapat
di lihat dari materi-materi dasar yang diberikan pada pelatihan tersebut, di
mana materi yang diberikan adalah berupa materi yang berdasarkan dari pendapat
para ahli ( menggunakan teknik SMA ) dalam hal ini bersumber pada para Bhikkhu
dan Pandita, sehingga materi yang diberikankan akan bermanfaat bagi para anggota
untuk melayani umat. Selain pendapat para ahli, materi juga didasarkan akan
kebutuhan yang diperlukan pada saat ini. Dan pada akhirnya tercapai tujuan yang
optimal.
caranya gimana Pak ? untuk mengumpulkan pendapat dan ide dari berbagai sumber tentang masalah kinerja kerja atau sistem teknologi baru, apakah wawancara atau mengirimkan quesioner? kebetulan saya baru menjabat di bag. pendidikan.Mohon pencerahannya. Trims
BalasHapusterimakasih pak, izin copy pak
BalasHapus